
Baru-baru ini, kasus anak SMP yang ketahuan main slot online hingga menghabiskan jutaan rupiah dari e-wallet orang tuanya viral di media sosial. Orang tua marah, sekolah geram, tapi pertanyaan utamanya adalah: siapa yang salah?
Ketika anak-anak di bawah umur bisa dengan mudah mengakses slot gacor 777, banyak pihak mulai saling tunjuk. Orang tua menyalahkan teknologi, sekolah menyalahkan orang tua, sementara platform digital hanya diam. Sebenarnya, siapa yang harus bertanggung jawab?
1. Anak Bisa Main Judi Online, Kok Bisa?
Ada beberapa alasan mengapa anak-anak bisa dengan mudah bermain judi online meski secara hukum dilarang:
-
Tidak ada sistem verifikasi umur yang ketat di banyak situs atau aplikasi.
-
Menggunakan akun orang tua atau identitas palsu untuk mendaftar.
-
Iklan judi menyamar dalam bentuk game atau quiz, yang tampil menarik dan tidak mencurigakan.
-
E-wallet dan pulsa bisa digunakan tanpa perlu kartu kredit atau rekening atas nama pribadi.
Akibatnya, anak-anak yang penasaran atau ikut-ikutan teman bisa terjerumus ke dalam dunia judi digital tanpa disadari.
2. Orang Tua, Sekolah, dan Lingkungan: Siapa Harus Apa?
Orang Tua
-
Harus lebih aktif mengawasi penggunaan gadget anak, termasuk memasang fitur kontrol orang tua.
-
Melakukan edukasi sejak dini tentang bahaya judi dan penggunaan uang digital.
-
Tidak menyerahkan gadget atau akses e-wallet tanpa pengawasan.
Sekolah
-
Perlu mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum, bukan hanya fokus pada akademik.
-
Menyelenggarakan seminar atau diskusi terbuka tentang judi online dan bahayanya.
-
Menjalin komunikasi rutin dengan orang tua untuk mengawasi perilaku digital siswa.
Platform dan Regulator
-
Wajib membuat sistem verifikasi usia yang benar-benar berfungsi.
-
Menindak konten judi terselubung yang sering muncul di media sosial.
-
Pemerintah harus mempercepat penyusunan aturan perlindungan anak di ruang digital.
3. Daripada Menyalahkan, Saatnya Berkolaborasi
Saling menyalahkan tidak akan menyelesaikan masalah. Yang dibutuhkan adalah:
-
Kerja sama antara keluarga, sekolah, dan pemerintah.
-
Edukasi masif dan kampanye digital yang menyasar anak-anak dan remaja.
-
Peningkatan literasi finansial dan digital agar anak tahu dampak nyata dari perjudian.
Seorang psikolog anak menyebut, “Anak-anak bukan cuma korban rasa ingin tahu, tapi juga korban dari sistem digital yang belum siap melindungi mereka.”
Akhir Kata :
Ketika anak di bawah umur bisa main Anak Judi Online, semua pihak harus introspeksi. Bukan soal mencari kambing hitam, tapi membangun sistem perlindungan bersama. Karena jika kita gagal melindungi anak hari ini, kita sedang menciptakan krisis generasi di masa depan. 🛡️📱👨👩👧👦
Baca juga : Slot Online 2025: Link Terbaru dan Tips Menang